Tuesday 24 February 2015

Kemiskinan




PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEMISKINAN

Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain. Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.


Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal.

Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:

1. Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.

2. Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih beradadi bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan Kultural. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya. 

B. KEMISKINAN DI INDONESIA

Di indonesia masalah kemiskinan seperti tak kunjung usai. Masih banyak kita dapati para pengemis dan gelandangan berkeliaran tidak hanya di kota-kota besar seperti jakarta bahkan di level kabupatenpun pemandangan seperti ini menjadi tontonan setiap hari. 

Komitmen pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang disusun berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Di samping dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam mengetaskan kemiskinan. Termasuk target ambisius dalam mengurangi angka kemiskinan.

Kemiskinan dapat diketahui dengan memperhatikan ciri-ciri seseorang atau kelompok, adapun ciri-ciri mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan menurut Hartomo dan Azis (1997) adalah sebagai berikut :

1. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup, modal maupun keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki sendiri sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas.

2. Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan maupun modal usaha, sedangkan syarat tidak terpenuhi untuk memperoleh kredit perbankan seperti adanya jaminan kredit dan lain-lain, sehingga mereka yang perlu kredit terpaksa berpaling kepada “lintah darat” yang biasanya meminta syarat yang berat dan memungut biaya yang tinggi.

3. Tingkat pendidikan mereka yang rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar. Waktu mereka habis tersisa untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi untuk belajar. Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolah, karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah, sehingga secara turun-temurun mereka terjerat dalam keterbelakangan garis kemiskinan.

4. Kebanyakan mereka tinggal di perdesaan. Banyak di antara mereka tidak memiliki tanah walaupun ada, kecil sekali. Umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar di luar petani, karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan kerja kurang terjamin. Banyak di antara mereka kemudian bekerja sebagai “pekerja bebas”, berusaha apa saja. Dalam keadaan penawaran tenaga kerja yang besar maka tingkat upah menjadi rendah sehingga mengurung mereka di bawah garis kemiskinan, didorong dengan kesulitan hidup di desa maka banyak diantara mereka mencoba berusaha di kota.

5. Kebanyakan di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan, sedangkan kota di banyak negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi penduduk desa. Apabila di negara-negara maju pertumbuhan industri menyertai urbanisasi dan pertumbuhan kota sebagai penarik bagi masyarakat desa untuk bekerja di kota, maka urbanisasi di negara berkembang tidak disertai proses penyerapan tenaga dalam perkembangan industri. Bahkan, sebaliknya perkembangan teknologi di kota justru menarik pekerjaan lebih banyak tenaga kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah ke kota dalam kantong-kantong kemelaratan.

Penduduk miskin di Indonesia tersebar tidak merata. Pada akhir maret 2012 jumlah terbesar dari penduduk miskin sebesar 57,8 persen berada di pulau Jawa. Lalu sebanyak 21 persen di Sumatera, 7,5 persen di Sulawesi, 6,2 persen di Nusa Tenggara, 4,2 persen di Maluku dan Papua dan angka terkecil sebesar 3,4 persen tersebar di Kalimantan. Angka kemiskinan tidak dapat turun dengan signifikan karena inflasi yang dirasakan oleh masyarakat miskin juga tinggi. Kondisi global yang berimbas pada situasi nasional, mendorong kenaikan harga-harga, kenaikan bahan-bahan pokok yang tertinggi di antara kelompok pengeluaran untuk bahan-bahan lainnya. Pengeluaran rumah tangga miskin untuk bahan pokok ini rentan terhadap kenaikan harga pangan. 

Beberapa tahun ke belakang, kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya telah menjadi prioritas pembangunan dan menjadi agenda pokok yang mengerahkan berbagai sumber daya pembangunan. Selama itu pula, dinamika kemiskinan dan penanggulangannya di Indonesia juga turut berkembang. Sampai dengan Maret 2012, tingkat kemiskinan telah turun menjadi 11.96 persen (29.13 juta jiwa). Sebelumnya, sampai dengan Maret 2011, tingkat kemiskinan nasional menurun hingga 12,49 persen, dari 13,33 persen pada tahun 2010. Selanjutnya, pada periode September 2011, tingkat kemiskinan menurun lagi menjadi 12,36 persen. 

C. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN

Pada kondisi tertentu, kemiskinan dapat disebabkan dari berbagai segi, diantaranya :

1. Kemiskinan alamiah yaitu kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencana alam.

2. Kemiskinan buatan yaitu Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.

3. Sulitnya pemenuhan hak-hak dasar kehidupan manusia antara lain makanan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan pendapatan perkapita masyarakat.

4. Kesenjangan pembangunan antara kota-kota besar di pulau jawa dan kota-kota di daerah di luar pulau jawa, dan juga antara kota dengan pedesaan dan daerah terpencil lainnya yang tentunya belum terjamah pembangunan, dan juga potensi sumber daya alam yang berbeda.

5. Guncangan perekonomian sebagai akibat dari lemahnya dasar perekonomian Indonesia, yang mengakibatkan banyaknya pengangguran

6. Kultur dan Budaya daerah yang turut mempengaruhi.

D. DAMPAK KEMISKINAN

Kemiskinan yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa dampak, adapun dampak kemiskinan yang dipaparkan dalam makalah ini antara lain :

1. Kemiskinan berdampak terhadap nilai perekonomian
Dengan adanya kemiskinan, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis kemiskinan telah menurunkan daya saing dan daya beli masyarakat, sehingga akan berdampak langsung terhadap tingkat pendapatan, dan tingkat pengeluaran rata-rata sebuah daerah

2. Kemiskinan dapat memicu terjadinya kejahatan ataupun kekerasan
Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal, dan ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya, maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya merampok, menodong, mencuri, atau menipu dan sebagainya.

3. Kemiskinan berdampak pada kesempatan memperoleh pendidikan
Dengan adanya program pembebasan biaya sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang kian digalakkan pemerintah akhir-akhir ini, belum mampu menjamin mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan telah menikmati pendidikan bangku sekolah. Itu dikarenakan alasan mereka yang tergolong miskin untuk menikmati pendidikan di bangku sekolah bukanlah terhambat pada masalah pembiayaan sekolah saja tetapi mereka juga cenderung memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling mendasar yaitu makanan. Di antara mereka, ada yang lebih memilih mencari nafkah untuk membantu keuangan keluarganya dibandingkan harus duduk belajar di bangku sekolah.

4. Kemiskinan berdampak pada kesempatan dalam pelayanan Kesehatan. 
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif/ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Akibatnya, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.

Walupun beberapa tahun terakhir ini beberapa daerah telah menerapkan subsidi kesehatan bagi kalangan yang tergolong kurang mampu, tetapi hasilnya belum maksimal. Mungkin saja dengan subsidi itu mampu memberikan kesempatan pengobatan, tetapi dalam hal pelayanan mereka cenderung tidak puas.

E. PENANGGULANGAN MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA

Untuk mengatasi masalah kemiskinan di negara ini, pemerintah telah mencanankan program pengentasan kemiskinan yang didasarkan pada 4 (empat) pilar Strategi Nasional Pengentasan Kemiskinan yaitu :

1. Pembangunan inklusif
Pembangunan ini melibatkan seluruh partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan.

2. Peningkatan akses masyarakat miskin
Masyarakat miskin pada umumnya memiliki kesulitan dalam memenuhi hak-hak dasarnya, dalam program ini pemerintah berusaha meningkatkan investasi modal manusia dan membantu mengurangi biaya yang dirasa memberatkan masyarakat miskin.

3. Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin
Pemberdayaan ini dilakukan dengan cara memberikan bantuan yang bertujuan meningkatkan produktivitas masyarakat miskin sehingga menjadi lebih produktif dan sejahtera.

4. Pengembangan sistem perlindungan sosial
Sistem perlindungan sosial bisa berwujud jaminan kesehatan masyarakat yang memberikan manfaat yang bersifat komprehensif.



PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan :
1. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi dan modal.

2. Kemiskinan di Indonesia masih tergolong tinggi dan penduduk miskin di Indonesia tersebar tidak merata. Dalam penanggulangannya, pemerintah telah melaksanakan program pengentasan kemiskinan yang dikenal dengan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) yang telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia 3 (tiga) tahun terkahir ini.

3. Penyebab kemiskinan dikarenakan pribadi manusia tersebut tidak mampu berbuat banyak dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup dasarnya,baik karena dipengaruhi oleh faktor diri sendiri maupun keadaan sekitarnya.

4. Dengan kemiskinan, seseorang dapat kehilangan kesempatan untuk menikmati hidup yang layak dikarenakan keterbatasan perekonomiannya.

5. Dalam tahapan pengentasan kemiskinan, pemerintah berdasar pada 4 (empat) pilar Strategi Nasional Pengentasan Kemiskinan yaitu : Pembangunan inklusif, Peningkatan akses masyarakat miskin, Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin, Pengembangan sistem perlindungan sosial.

B. SARAN

Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara lebih serius dan bertanggung jawab lagi agar dapat segera mengatasi masalah kemiskinan. Dan sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua program pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan negara Indonesia terbebas dari kemiskinan. Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu saudara kita yang masih mengalami kemiskinan.